Abstrak
Manusia dikenal
sebagai makhluk yang berfikir. Dan inilah yang membedakan manusia dari
makhluk-makhluk lain. Dan juga manusia disebut sebagai makhluk pencari kebenaran. Maka dengan ilmu
dan filsafat manusia bisa menemukan kebenaran atau menghampiri kebenaran.
Semula filsafat adalah induk dari segala macam
ilmu-ilmu pengetahuan, karena gejala-gejala yang diketahui semakin
beranekaragam, maka terpaksalah orang membagi pengalaman-pengalamannya menjadi
berbagi lapangan-lapangan, tiap-tiap lapangan dengan ilmu pengetahuan, semenjak
itu semakin sempitlah arti filsafat.
Yang menjadi masalah kemudian adalah setelah filsafat
sebagai induk segala ilmu ditinggalkan anak kandungnya, kini filsafat merupakan
ilmu istimewa yang mencoba menjawab persoalan-persoalan yang belum terjawab
oleh ilmu pengetahuan. Ilmu dan filsafat
adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara subtansial maupun
historis.Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat. Maka
kita harus menggabungkan antara ilmu dan filsafat dalam menemukan dan
menghampiri suatu kebenaran yang bersifat teratur dalam ilmu dan menyeluruh
serta netral secara filsafat.
Pengertian
Ilmu Pengetahuan dan Filsafat
Ilmu pengetahuan ialah susunan yang sistimatis
daripada kenyataan-kenyataan ilmiah mengenai suatu objek atau masalah yang
diperoleh dari pemikiran yang runtut (hasil logika formil dan logika materiil)”.[1]
Sedangkan Filsafat menurut Al-Farabi (wafat 950) filosof muslim terbesar
sebelum Ibnu Sina berkata: “ Filsafat itu ialah ilmu pengetahuan tentang alam
yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya”.[2]
Objek
Ilmu Pengetahuan dan Filsafat
Setiap
ilmu pengetahuan (science, wetenschap,
wissenschft) ditentukan oleh objeknya. Ada dua objek ilmu pengetahuan,
yaitu: objek matreia ilmu dan objek forma. Objek material (obiectum material, material object)
ialah seluruh lapangan atau bahan yang dijadikan objek penyelidikan suatu ilmu.
Objek forma (obiectum formale, formal
object) ialah objek material yang disoroti oleh ilmu, sehingga membedakan
ilmu yang satu dari ilmu lainnya, jika berobjek materi yang sama.[3]
Demikian
pula halnya filsafat, kita mulai dengan obyek materia filsafat. Obyek material
filsafat adalah segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat, segala sesuatu
yang dimasalahkan oleh atau dalam filsafat.
Objek materia filsafat
ialah sarwa-yang-ada, yang pada garis
besarnya dapat kita bagi atas tiga persoalan pokok:
1. Hakikat Tuhan
2. Hakikat Alam
3. Hakikat Manusia
Objek forma filsafat
ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya, sampai ke
akarnya) tentang objek materia filsafat.[4]
Cabang-cabang
Ilmu Pengetahuan dan Filsafat
Pada
dasarnya ilmu pengetahuan terbagi atas tiga kelompok besar:
1. Ilmu-ilmu Pengetahuan Alam (Natural Sciences)
a) Biologi
b) Antropologi
c) Ilmu kedokteran
d) Ilmu farmasi
e) Ilmu pertanian
f) Ilmu pasti
g) Ilmu alam
h) Ilmu teknik
i)
Geologi
j)
Dan
lain sebagainya
2. Ilmu-ilmu kemasyarakatan (social sciences)
a)
Ilmu
hukum
b)
Ilmu
ekonomi
c)
Ilmu
jiwa sosial
d)
Ilmu
bumi sosial
e)
Sosiologi
f)
Antropologi
budaya dan social
g)
Ilmu
sejarah
h)
Ilmu
politik
i)
Ilmu
pendidikan
j)
Publisistik
dan jurnalistik
k)
Dan
lain sebagainya
3. Humaniora (studi humanitas, humanities studies)
a)
Ilmu
agama
b)
Ilmu
filsafat
c)
Ilmu
bahasa
d)
Ilmu
seni
e)
Ilmu
jiwa
f)
Dan
lain sebagainya
Pembagian
ilmu pengetahuan atas tiga golongan termaaksud diatas serta pemasukan salah
satu ilmu tertentu kedalam salah satu penggolongan termaksud diatas, hendaknya
jangan dianggap tegas demikian . Ilmu
kedokteran pada dasarnya digolongkan kedalam ilmu-ilmu kealamman, namun
baik dari segi tertentu tidak dapat dilepaskan dari ilmu-ilmu lainnya, baik
yang termasuk ilmu-ilmu kemasyarakatan maupun yamg tergolong kelompok
humaniora.[5]
Sedangkan
filsafat dalam coraknya yang baru ini mempunyai beberapa cabang, yaitu:
1. Metafisika, filsafat tentang hakikat
yang ada dibalik fisika, tentang hakikat yang bersifat transenden, diluar atau
diatas jangkuan pengalaman manusia.
2. Logika, filsafat tentang fikiran yang
benar dan yang salah.
3. Etika, filsafat tentang tingkah laku yang
baik dan yang buruk.
4. Estetika, filsat tentang kreasi yang
indah dan yang jelek.
5. Epistemologi, filsafat tntang ilmu
pengetahuan.
6. Filsafat-filsafat khusus lainnya,
seperti: filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat agama,
filsafat agama, filsafat manusia, filsafat pendidikan, dan sebgainya.[6]
Fungsi
Ilmu Pengetahuan dan Filsafat
R.B.S. Fudyartana, dosen psikologi
di Universitas Gajah Mada, menyebutkan ada empat macam fungsi ilmu pengetahuan,
yaitu:
1. Fungsi
deskriptif: menggambarkan, melukiskan dan
memaparkan suatu objek atau masalah sehingga mudah dipelajari oleh peneliti.
2. Fungsi
pengembangan: melanjutkan hasil penemuan yang
lalu dan menemukan hasil ilmu pengetahuan yang baru.
3. Fungsi
prediksi: meramalkan kejadian-kejadian yang besar
kemungkinan terjadi sehingga manusia dapat mengambil tindakan-tindakan yang
perlu dalam usaha menghadapinya.
4. Fungsi
kontrol: berusaha mengendalikan
peristiwa-peristiwa yang tidak diketahui.
Tegasnya, fungsi ilmu pengetahuan
ialah untuk kebutuhan hidup manusia di dalam berbagai bidangnya.[7]
Sedangkan fungsi filsafat antara
lain:
1. Memberikan kepuasan kepada keinginan
manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran.
2. Memberikan ketenangan pikiran kepada
manusia
3. Memberikan kepada manusia Walteanschauung
(pandangan dunia).
Relevansi Ilmu Pengetahuan dan Filsafat dalam Agama
Manusia
adalah makhluk pencari kebenaran. Ada tiga jalan mencari, menghampiri dan
menemukan kebenaran. Yaitu: ilmu pengetahuan, filsafat dan agama. Kebenaran
ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif
(berlaku sampai saat ini), kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tidak dapat
dibuktikan secara empiris, riset dan eksperimental)[8].baik
kebenaran ilmu pengetahuan dan filsafat, kedua-duanya bersifat relatif. Sedangkan kebenaran agama
adalah bersifat absolute ( mutlak),[9]
karena agama adalah wahyu yang diturunkan oleh dzat yang maha benar, maha
mutlak dan maha sempurna, yaitu: Allah Swt.[10]
Baik ilmu pengatahuan dan filsafat,
kedua-duanya dimulai dengan sifat sangsi
(tidak percaya). Sedangkan agama dimulai dengan sikap percaya dan iman.
Tidak semua masalah yang dipertanyakan
manusia dapat terjawab positif oleh ilmu pengatahuan, karena bersifat terbatas,
terbatas oleh subjeknya (penyelidik), oleh objeknya (baik materia maupun
formanya), oleh metodologinya. Tidak semua masalah yang tidak terjawab oleh
ilmu pengatahuan, lantas terjawab oleh filsafat, yang bersifat spekulatif dan
juga alternatif tentang suatu masalah
asasi. Agama memberi jawaban tentang banyak soal asasi yang sama sekali tidak
terjawab oleh ilmu pengatahuan yang dipertanyakan (namun tidak terjawab bulat)
oleh filsafat. Akan tetapi tidak semua persoalan manusia terjawab oleh agama,
seperti: soal-soal kecil (rambu-rambu lalu lintas, cek dan lainnya),
persoalan-persoalan yang tidak secara jelas ditegaskan didalam al-Quran da
as-Sunnah.
Dengan ilmu pengetahuan dan filsafatnya,
manusia menghampiri dan menemukan kebenaran yang dijangkau dengan kapasitasnya yang
terbatas. Allah telah menganugrahkan
kepada manusia: alam, ilmu, dan wahyu. Dengan ilmu pengetahuan dan
filsafat manusia dapat lebih memahami, baik ayat Quranniyah (wahyu) maupun ayat
Kauniyah (alam) untuk mencapai kebahagian yang hakiki.
Kesimpulan
Dalam pembahasan diatas, dapat
disimpulkan: bahwa ilmu dan filsafat tidak bertentangan dengan agama. Sebab
ilmu dan filsafat yang benar tidak lain adalah
usaha manusia dengan akal yang bersifat relatif dalam memahami alam dan sesuatu
yang ada didalamnya. Al-Quran (ayat Quraniyah) tidak lain adalah pembukuan
segenap alam semesta (ayat kauniyah). Kedua ayat Allah (ayat Quraniyah dan ayat
Kauniyah) itu saling menafsirkan.
Penulis mengibaratkan seperti kehidupan
tawon. Tawon sebagai manusia, dan bunga diibaratkan ilmu dan filsafat, sedangkan Agama diibaratkan tangkai
bunganya. Tawon menghisap sari bunga sebanyak-banyaknya seperti manusia mencari
ilmu dan berfikir bebas dalam filsafat untuk mencari kebenaran, tetapi jangan
sampai mematahkan tangkai bunga tersebut yaitu agama yang bersumber dari
al-Quran. Karena apabila tangkai bunga tersebut terputus maka bunga akan layu,
sehingga tidak akan menghasilkan apapun. Karena agama (al-Quran) adalah sesuatu
yang bisa memberikan dorongan (motif), dan pengarahan dan tujuan kepada ilmu
dan filsafat.
Daftar Pustaka
Anshari,
Endang Saifuddin. 1987. Ilmu,
Filsafat,dan Agama, Surabaya: PT Bina Ilmu, Cet. VII,
Atjeh,
Abu Bakar. 1970. Sejarah filsafat Islam.
Semarang
Fudyartana,
R.B.S. 1970. Epistemologi: Intisari Filsafat dan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta
Putjawijatna,
I.R. 1967. Tahu dan Pengetahuan,
Pengantar ke ilmu dan filsafat. Jakarta
Roesadi Ahmad.
1972. Ilmu, Filsafat, Agama, Bandung
Prawirosudirjo Garnadi.
1972. “ilmu, Agama dan Toleransi”, Humanitas,
Bandung
Hatta Muhammad. 1954. Pengantar ke jalan Ilmu dan Pengetahuan,
Jakarta
[1] R.B.S. Fudyartana, Epistemologi: Intisari Filsafat dan Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: 1970), hlm.
11.
[2] Abu Bakar Atjeh, Sejarah filsafat Islam, (Semarang: 1970),
hlm. 10
[3] I.R. Putjawijatna, Tahu dan Pengetahuan, Pengantar ke ilmu dan
filsafat, (Jakarta:1967) hlm. 82.
[4] Endang Saifuddin
Anshari, Ilmu, Filsafat,dan Agama,
(Surabaya: PT Bina Ilmu, Cet. VII, 1987), hlm. 87-89.
[5] Endang Saifuddin
Anshari, Op. Cit, hlm. 56.
[6] Ibid, hlm. 94-95.
[7] R.B.S. Fudyartana, Op. Cit, hlm. 11-14.
[8] Ahmad Roesadi, Ilmu, Filsafat, Agama, Bandung: 1972,
hlm. 33.
[9] Garnadi
Prawirosudirjo, “ilmu, Agama dan Toleransi”, Humanitas, Bandung: 1972, hlm. 11.
No comments:
Post a Comment