Sunday, 21 August 2016

MAKALAH ILMU PENGETAHUAN DAN FILSAFAT



Abstrak
Manusia dikenal sebagai makhluk yang berfikir. Dan inilah yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Dan juga manusia disebut sebagai  makhluk pencari kebenaran. Maka dengan ilmu dan filsafat manusia bisa menemukan kebenaran atau menghampiri kebenaran.
           
Semula filsafat adalah induk dari segala macam ilmu-ilmu pengetahuan, karena gejala-gejala yang diketahui semakin beranekaragam, maka terpaksalah orang membagi pengalaman-pengalamannya menjadi berbagi lapangan-lapangan, tiap-tiap lapangan dengan ilmu pengetahuan, semenjak itu semakin sempitlah arti filsafat.
Yang menjadi masalah kemudian adalah setelah filsafat sebagai induk segala ilmu ditinggalkan anak kandungnya, kini filsafat merupakan ilmu istimewa yang mencoba menjawab persoalan-persoalan yang belum terjawab oleh ilmu pengetahuan. Ilmu  dan filsafat adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara subtansial maupun historis.Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat. Maka kita harus menggabungkan antara ilmu dan filsafat dalam menemukan dan menghampiri suatu kebenaran yang bersifat teratur dalam ilmu dan menyeluruh serta netral secara filsafat.

Pengertian Ilmu Pengetahuan dan Filsafat
 Ilmu pengetahuan ialah susunan yang sistimatis daripada kenyataan-kenyataan ilmiah mengenai suatu objek atau masalah yang diperoleh dari pemikiran yang runtut (hasil logika formil dan logika materiil)”.[1] Sedangkan Filsafat menurut Al-Farabi (wafat 950) filosof muslim terbesar sebelum Ibnu Sina berkata: “ Filsafat itu ialah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya”.[2]

Objek Ilmu Pengetahuan dan Filsafat
Setiap ilmu pengetahuan (science, wetenschap, wissenschft) ditentukan oleh objeknya. Ada dua objek ilmu pengetahuan, yaitu: objek matreia ilmu dan objek forma. Objek material (obiectum material, material object) ialah seluruh lapangan atau bahan yang dijadikan objek penyelidikan suatu ilmu. Objek forma (obiectum formale, formal object) ialah objek material yang disoroti oleh ilmu, sehingga membedakan ilmu yang satu dari ilmu lainnya, jika berobjek materi yang sama.[3]
Demikian pula halnya filsafat, kita mulai dengan obyek materia filsafat. Obyek material filsafat adalah segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat, segala sesuatu yang dimasalahkan oleh atau dalam filsafat.
Objek materia filsafat ialah sarwa-yang-ada, yang pada garis besarnya dapat kita bagi atas tiga persoalan pokok:
1.      Hakikat Tuhan
2.      Hakikat Alam
3.      Hakikat Manusia
Objek forma filsafat ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya, sampai ke akarnya) tentang objek materia filsafat.[4]


Cabang-cabang Ilmu Pengetahuan dan Filsafat
Pada dasarnya ilmu pengetahuan terbagi atas tiga kelompok besar:
1.      Ilmu-ilmu Pengetahuan Alam (Natural Sciences)
a)      Biologi
b)      Antropologi
c)      Ilmu kedokteran
d)     Ilmu farmasi
e)      Ilmu pertanian
f)       Ilmu pasti
g)      Ilmu alam
h)      Ilmu teknik
i)        Geologi
j)        Dan lain sebagainya
2.      Ilmu-ilmu kemasyarakatan (social sciences)
a)      Ilmu hukum
b)      Ilmu ekonomi
c)      Ilmu jiwa sosial
d)     Ilmu bumi sosial
e)      Sosiologi
f)       Antropologi budaya dan social
g)      Ilmu sejarah
h)      Ilmu politik
i)        Ilmu pendidikan
j)        Publisistik dan jurnalistik
k)      Dan lain sebagainya
3.      Humaniora (studi humanitas, humanities studies)
a)      Ilmu agama
b)      Ilmu filsafat
c)      Ilmu bahasa
d)     Ilmu seni
e)      Ilmu jiwa
f)       Dan lain sebagainya
      Pembagian ilmu pengetahuan atas tiga golongan termaaksud diatas serta pemasukan salah satu ilmu tertentu kedalam salah satu penggolongan termaksud diatas, hendaknya jangan dianggap tegas demikian . Ilmu  kedokteran pada dasarnya digolongkan kedalam ilmu-ilmu kealamman, namun baik dari segi tertentu tidak dapat dilepaskan dari ilmu-ilmu lainnya, baik yang termasuk ilmu-ilmu kemasyarakatan maupun yamg tergolong kelompok humaniora.[5]
      Sedangkan filsafat dalam coraknya yang baru ini mempunyai beberapa cabang, yaitu:
1.      Metafisika, filsafat tentang hakikat yang ada dibalik fisika, tentang hakikat yang bersifat transenden, diluar atau diatas jangkuan pengalaman manusia.
2.      Logika, filsafat tentang fikiran yang benar dan yang salah.
3.      Etika, filsafat tentang tingkah laku yang baik dan yang buruk.
4.      Estetika, filsat tentang kreasi yang indah dan yang jelek.
5.      Epistemologi, filsafat tntang ilmu pengetahuan.
6.      Filsafat-filsafat khusus lainnya, seperti: filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat agama, filsafat agama, filsafat manusia, filsafat pendidikan, dan sebgainya.[6]

Fungsi Ilmu Pengetahuan dan Filsafat
R.B.S. Fudyartana, dosen psikologi di Universitas Gajah Mada, menyebutkan ada empat macam fungsi ilmu pengetahuan, yaitu:
1.      Fungsi deskriptif: menggambarkan, melukiskan dan memaparkan suatu objek atau masalah sehingga mudah dipelajari oleh peneliti.
2.      Fungsi pengembangan: melanjutkan hasil penemuan yang lalu dan menemukan hasil ilmu pengetahuan yang baru.
3.      Fungsi prediksi: meramalkan kejadian-kejadian yang besar kemungkinan terjadi sehingga manusia dapat mengambil tindakan-tindakan yang perlu dalam usaha menghadapinya.
4.      Fungsi kontrol: berusaha mengendalikan peristiwa-peristiwa yang tidak diketahui.
Tegasnya, fungsi ilmu pengetahuan ialah untuk kebutuhan hidup manusia di dalam berbagai bidangnya.[7]
Sedangkan fungsi filsafat antara lain:
1.      Memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran.
2.      Memberikan ketenangan pikiran kepada manusia
3.      Memberikan kepada manusia Walteanschauung (pandangan dunia).

Relevansi Ilmu Pengetahuan dan Filsafat dalam Agama
      Manusia adalah makhluk pencari kebenaran. Ada tiga jalan mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran. Yaitu: ilmu pengetahuan, filsafat dan agama. Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif (berlaku sampai saat ini), kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, riset dan eksperimental)[8].baik kebenaran ilmu pengetahuan dan filsafat, kedua-duanya bersifat relatif. Sedangkan kebenaran agama adalah bersifat absolute ( mutlak),[9] karena agama adalah wahyu yang diturunkan oleh dzat yang maha benar, maha mutlak dan maha sempurna, yaitu: Allah Swt.[10]
      Baik ilmu pengatahuan dan filsafat, kedua-duanya dimulai dengan sifat sangsi (tidak percaya). Sedangkan agama dimulai dengan sikap percaya dan iman.
      Tidak semua masalah yang dipertanyakan manusia dapat terjawab positif oleh ilmu pengatahuan, karena bersifat terbatas, terbatas oleh subjeknya (penyelidik), oleh objeknya (baik materia maupun formanya), oleh metodologinya. Tidak semua masalah yang tidak terjawab oleh ilmu pengatahuan, lantas terjawab oleh filsafat, yang bersifat spekulatif dan juga alternatif  tentang suatu masalah asasi. Agama memberi jawaban tentang banyak soal asasi yang sama sekali tidak terjawab oleh ilmu pengatahuan yang dipertanyakan (namun tidak terjawab bulat) oleh filsafat. Akan tetapi tidak semua persoalan manusia terjawab oleh agama, seperti: soal-soal kecil (rambu-rambu lalu lintas, cek dan lainnya), persoalan-persoalan yang tidak secara jelas ditegaskan didalam al-Quran da as-Sunnah.
      Dengan ilmu pengetahuan dan filsafatnya, manusia menghampiri dan menemukan kebenaran yang dijangkau dengan kapasitasnya yang terbatas. Allah telah menganugrahkan  kepada manusia: alam, ilmu, dan wahyu. Dengan ilmu pengetahuan dan filsafat manusia dapat lebih memahami, baik ayat Quranniyah (wahyu) maupun ayat Kauniyah (alam) untuk mencapai kebahagian yang hakiki. 

 Kesimpulan
      Dalam pembahasan diatas, dapat disimpulkan: bahwa ilmu dan filsafat tidak bertentangan dengan agama. Sebab ilmu  dan filsafat yang benar tidak lain adalah usaha manusia dengan akal yang bersifat relatif dalam memahami alam dan sesuatu yang ada didalamnya. Al-Quran (ayat Quraniyah) tidak lain adalah pembukuan segenap alam semesta (ayat kauniyah). Kedua ayat Allah (ayat Quraniyah dan ayat Kauniyah) itu saling menafsirkan.
      Penulis mengibaratkan seperti kehidupan tawon. Tawon sebagai manusia, dan bunga diibaratkan ilmu dan  filsafat, sedangkan Agama diibaratkan tangkai bunganya. Tawon menghisap sari bunga sebanyak-banyaknya seperti manusia mencari ilmu dan berfikir bebas dalam filsafat untuk mencari kebenaran, tetapi jangan sampai mematahkan tangkai bunga tersebut yaitu agama yang bersumber dari al-Quran. Karena apabila tangkai bunga tersebut terputus maka bunga akan layu, sehingga tidak akan menghasilkan apapun. Karena agama (al-Quran) adalah sesuatu yang bisa memberikan dorongan (motif), dan pengarahan dan tujuan kepada ilmu dan filsafat.













Daftar Pustaka

Anshari, Endang Saifuddin. 1987. Ilmu, Filsafat,dan Agama, Surabaya: PT Bina Ilmu, Cet. VII,
Atjeh, Abu Bakar. 1970. Sejarah filsafat Islam. Semarang
Fudyartana, R.B.S. 1970. Epistemologi: Intisari Filsafat dan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta
Putjawijatna, I.R. 1967. Tahu dan Pengetahuan, Pengantar ke ilmu dan filsafat. Jakarta
Roesadi Ahmad. 1972.  Ilmu, Filsafat, Agama, Bandung
Prawirosudirjo Garnadi. 1972. “ilmu, Agama dan Toleransi”, Humanitas, Bandung
Hatta Muhammad. 1954. Pengantar ke jalan Ilmu dan Pengetahuan, Jakarta


[1] R.B.S. Fudyartana, Epistemologi: Intisari Filsafat dan Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: 1970), hlm. 11.
[2] Abu Bakar Atjeh, Sejarah filsafat Islam, (Semarang: 1970), hlm. 10
[3] I.R. Putjawijatna, Tahu dan Pengetahuan, Pengantar ke ilmu dan filsafat, (Jakarta:1967) hlm. 82.
[4] Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat,dan Agama, (Surabaya: PT Bina Ilmu, Cet. VII, 1987), hlm. 87-89.
[5] Endang Saifuddin Anshari, Op. Cit, hlm. 56.
[6] Ibid, hlm. 94-95.
[7] R.B.S. Fudyartana, Op. Cit, hlm. 11-14.
[8] Ahmad Roesadi, Ilmu, Filsafat, Agama, Bandung: 1972, hlm. 33.
[9] Garnadi Prawirosudirjo, “ilmu, Agama dan Toleransi”, Humanitas, Bandung: 1972, hlm. 11.
[10] Muhammad Hatta, Pengantar ke jalan Ilmu dan Pengetahuan, Jakarta: 1954, hlm. 45.

No comments:

Post a Comment