Wednesday, 24 August 2016

MAKALAH KECERDASAN SPIRITUAL


A.    Pengertian Spiritual
Berawal dari penemuan Zohar dan Marshall tentang SQ, Maka peneliti dan penulis muslim di Indonesia mulai banyak yang tertarik dalam kajian tentang SQ. Pengertian kecerdasan spiritual dari berbagai tokoh, antara lain:
Ary Ginanjar Agustian, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberikan makna ibadah terhadap setiap prilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia yang seutuhnya (hanif) dan memiliki pola tauhid (integralistik) serta berprinsip “hanya kepada Allah”.[1]
Muhammad Zuhri mengatakan bahwa SQ adalah kecerdasan manusia yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan.[2]
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang mampu memaknai tujuan hidup manusia yang berimplikasi pada setiap prilakunya. Tujuan hidup manusia adalah sebagai hamba Allah, sehingga dalam prilakunya selalu bersandar kepada Allah dalam setiap urusannya dan taat menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

B.     Kehidupan Ber-Tuhan dalam Membangun Spiritual
Dalam konteks kecerdasan spiritual menyangkut tentang kepuasan hidup, kebahagian, kedamaian dan ketenangan batin adalah tujuan hidup manusia yang sesungguhnya. Semua itu tidak bisa diselesaikan semata-mata hanya dengan pemenuhan kebutuhan material saja, tetapi lebih jauh adalah kebutuhan jiwa atau batin.
Untuk menyelesaikan permasalahan hidup yang dihadapi, manusia dituntut untuk kreatif mengubah penderitaan menjadi semangat (motivasi) hidup yang tinggi sehingga penderitaan berubah menjadi kebahagiaan.
Untuk membangun kecerdasan spiritual, manusia harus selalu kontak dengan Tuhannya dalam setiap kehidupannya. Dalam kehidupan, ber-Tuhan memiliki 3 aspek, antara lain:
1.    Memiliki Tuhan
Yaitu kesadaran seseorang akan kehadiran dan kepemilikan Tuhan yang diyakininya dalam kehidupan akan keterbatasan dan kelemahanya.[3] Jika seseorang merasa memiliki Tuhan dalam kehidupannya, maka ia tidak akan khawatir, sedih dan mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupannya, ia akan dibantu Tuhan dalam menyelesaikannya.
Dengan kesadarannya, maka akan tumbuh rasa optimis, berani menghadapi segala tantangan dan rintangan, rasa aman terlindungi, tenang, rasa damai sejahtera, dan berkecukupan segala kebutuhan dan rasa bahagia sepanjang hayatnya.
Allah berfirman: 
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”(QS. Al-Baqarah:186).

2.    Hidup bersama Tuhan
Setelah seseorang memiliki Tuhan, maka dalam kehidupannya ia menyadari kebersamaannya hidup dengan Tuhannya. kemanapun dan dimanapun dalam keadaan apapun yang dialaminya, Tuhan menyertai dan mengawasinya.
Allah berfirman:
“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”(QS. An-Nisa’:1).

3.    Mengabdi kepada Tuhan
Untuk dapat memiliki dan agar Tuhan selalu hadir menyertai setiap langkah menyelesaikan masalah hidup dan kehidupan, maka seseorang harus melakukan amaliah yang disukai dan dikehendaki Tuhannya, yaitu melakukan penyembahan kepada-Nya. Artinya seseorang  hamba yang tunduk dan patuh atas perintah dan larangan Tuhannya yang menjadi tujuan aktivitasnya.[4]
Allah berfirman:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”(QS. Az-Zariyat: 56)
Dari pemaparan diatas, maka orang yang cerdas spiritualnya adalah:
1.    Orang yang menjalankan hidup sesuai dengan yang dikehendaki Allah.
2.    Orang yang menyandarkan dari segala perbuatannya hanya kepada Allah.
3.    Orang yang bekerja keras dan menyerahkan hasilnya kepada Allah.
4.    Orang yang selalu menjalankan segala perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya.
Apabila seseorang bisa menjalankan kehidupan ber-Tuhan, maka seseorang  akan memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, yaitu: Dari kesusahan menjadi kebahagiaan, dari kegelisahan menjadi ketenangan, dari keburukan menjadi kebaikan, dan sebagainya.

C.    Pengukuran SQ
Dalam pengukuran SQ, seseorang hanya diminta mengisi (menjawab) poin-poin yang diajukan: tidak pernah (0), kadang-kadang (1), sering (2), selalu (4). Setelah itu sekor dijumlahkan. “Jika nilai total anda 100 (dari 25 pertanyaan yang diajukan) berarti anda memiliki kecerdasan spiritual yang luar biasa” kata pencetus pengukuran tes SQ ini, Prof. Dr. Khalil Kavari. [5]
Dengan demikian, kejujuran, kesungguhan dan objektifitas orang yang hendak pertanyaan yang hendak menjawab pertanyaan yang diajukan menjadi taruhan utama.

Berikut ini tes SQ yang dirumuskan oleh Prof. Dr. Khalil Kavari.
NO
DAFTAR PERTANYAAN
JAWABAN
NILAI
1.
Apakah Anda berdoa setiap hari?


2.
Apakah Anda berada dalam perjalanan menjadi lebih baik?


3.
Apakah Anda memiliki keberanian berpendirian pada kebenaran?


4.
Apakah Anda membimbing kehidupan sebagai makhluk spiritualis?


5.
Apakah Anda merasa memiliki ikatan kekeluargaan dengan semua manusia?


6.
Apakah Anda menganut standar etika dan moral?


7.
Apakah Anda merasa cinta dengan Tuhan dalam hati?


8.
Apakah Anda menahan diri untuk tidak melakuakan pelanggaran hukum meskipun Anda dapat melakukannya tanpa resiko terkena sangsi?


9.
Apakah Anda mempunyai kontribusi terhadap kesejahteraan orang lain?


10.
Apakah Anda mencintai dan secara aktif melindungi planet ini?


11.
Apakah Anda mengurus kesejahteraan binatang-binatang?


12.
Apakah perbuatan Anda sesuai dengan kata-kata Anda?


13.
Apakah Anda bersyukur atas keberuntungan Anda?


14.
Apakah Anda jujur?


15.
Apakah Anda amanah?


16.
Apakah Anda toleran terhadap perbedaan?


17.
Apakah Anda anti kekerasan?


18.
Apakah Anda bahagia?


19.
Apakah Anda tawadhu’(rendah hati)?


20.
Apakah Anda hemat sehingga tidak konsumtif dan boros?


21.
Apakah Anda dermawan? Apakah Anda berbagi keberuntungan dengan orang lain?


22.
Apakah Anda sopan santun?


23.
Apakah Anda dapat dipercaya?


24.
Apakah Anda terbuka saat Anda berinteraksi dengan orang lain?


25.
Apakah Anda sabar dalam keadaan yang sangat berat?


NILAI TOTAL



Maka bisa ditentukan, bahwa untuk menentukan nilai sebagai berikut:
1.      100 - 89    = Sangat Tinggi.
2.      88 - 76      = Tinggi.
3.      75 - 63      = Sedang.
4.      62 – 51     = Rata-rata.
5.      50 -39       = Lemah.
6.      38 -26       = Rendah.
7.      25 -13       = Sangat Rendah.
8.      21 – 1       = Sangat Rendah Sekali.

D.    Memgukur SQ Nabi Muhammad Saw
Rumusan yang dibuat oleh Prof. Dr. Khalil Khavari tentang poin-poin yang diperlukan untuk mengetahui dan mengukur kecerdasan spiritual merupakan rumusan yang kelihatan sederhana, tetapi pada hakeketnya, hal tersebut bisa merupakan gambaran untuk mengukur derajat “spiritual” seseorang.
Jika SQ Nabi Muhammad hendak diukur dengan rumusan ini, bisa diklarifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1.    Hablun min Allah (Hubungan Vertikal debgab Allah), meliputi no: 1, 2, 4, 7 dan 13.
Untuk pertanyaan nomer 1 ( apakah anda berdo’a setiap hari?) dan nomor 7 (apakah anda merasa cinta kepada Tuhandi dalam hati?), bisa dipastikan nilai sekor Nabi Muhammad Sawdala hal ini adalah 4. Sebab beliau adalah orang yang terus menerus berada dalam spiritual dengan Tuhannya. Doa yang dipanjatkan beliau tidak hanya setiap hari, tetapi dalam setiap aktivitasnya, sejak mau tidur, hingga bagun tidur, mau makan, selesai makan,masuk WC, keluar WC, masuk mesjid, hendak bebergian dan lain sebagainya. Dan juga berarti bahwa beliau membimbing keghidupannya sebagai makhluk spiritual (poin nomor 4) dan menkadi berjalanan menjadi baik (poin nomor 2).[6]
Sedangkan pertanyaan nomor 13 (apakah anda bersyukur?),
Nabi Muhammad Saw adalah seorang yang maksum (dijaga dari kesalahan yg dahulu dan akan datang). Tetapi sejarah, terdapat dalam hadis shaheh” Sesungguhnya Rasulullah selalu mengerjakan shalat hingga telapak kaki terpecah-pecah”. Dalam hal ini ditanyakan kepada Rasulullah, “ Mengapa Rasulullahmasih mengerjakan ibadah seperti itu? Padahal Allah telah mengampuni dosa yang terdahulu dan yang akan dating”. Rasulullah menjawab “Apakah aku bukan termasuk hamba yang bersyukur?” (Apabila kiata mendapatkan dan kita tidak menambah ketakwaan kepada Allah, maka kita termasuk hamba yang tidak bersyukur).[7] 
2.    Hablum min an-Nas (Hubungan Horisontal dengan manusia), meliputi no: 5, 9, 10, 11, 20, 21, dam 24.
Sedangkan yang berhubungan dengan hablun min an-Nas, pertanyaan nomor 5 (apakah anda memiliki ikatan kekeluargaan?) dan nomor 6 (apakah anda memiliki kontribusi kesejahteraan terhadap orang lain?), kehidupan Nabi Muhammad Saw membuktikan bahwa beliau adalah orang yang sangat mencintai orang lain, tidak terbatas kepada keluarga atau dan kerabatnya, bahkan terhadap bahkan terhadap orang-orang kafir yang memusuhi, mencaci maki dan berusaha membunuh beliau.
Beliau juga seorang figure pemimpin yang tidak pernah mendahului kepentingan pripadinya, sebelum kepentingan umatnya terpenuhi. Kedermawana beliau kepada semua orang (pertanyaan nomor 21) juga sangat luar biasa. Sehingga Jabir ra berkata: Rasulullah Saw tidak pernah dimintai apappun dan beliau mengatakan “tidak”. Namun , meski beliau dermawan , bukan berarti beliau boros dan menghamburkan kekayaannya untuk hal-hal yang tidak berguna (pertanyaan nomor 20).
            Interaksi beliau dengan para sahabatnya juga dan penuh keterbukaan. Sering terjadi dialog antara beliau dan para sahabatnya tentang berbagai hal. (pertanyaan nomer 24).   

3.    Kematangan kpeibadian dan etika social, meliputi no: 6, 8, 10, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, dan 25.
Sedangkan untuk pertanyaan nomor 9 (apakah anda mengurus kesejahteraan binatang?), sejarah mencatat bahwa Nabi Muhammad Saw sanagat mencintai binatang.Bahkan beliau pernah bersabda tentang seorang wanita yang masuk neraka gara-gara seekor kucing yang diikat, tidak diberi makan. Sealian itu, ada seorang laki-laki masuk surga gara-gara member minum seekor anjing yang sangat kehausaan. Jadi, kesimpulannya, Nabi Muhammad sangat mencintai dan secara aktif melindungi planet ini (pertanyaan nomor 10).
Untuk pertanyaan apakah anda jujur (14), amanah (no15), toleran terhadap perbedaan (16), anti kekerasan (17), tawadhu’(19), hemat (20), sopan (22), dapat dipercaya (23) dan sabar dalam keadaan apapun (25), para sejarawan sepakat bahwa nabi Muhammad memiliki keluhuran hati dan jiwa, rendah hati, jujur, tidak suka bentuk penindasan dan kekerasan, pemaaf, enuh kasih sayangdan dapat dipercaya. Belaiau menghadapi hidup dengan penuh kebahagiaan (pertanyaan nomor 18), karena beliau mempu melampui dan melewati kesedihan. Beliau memiliki pendirian yang kuat  untuk tetap mempertahankan kebenaran (pertanyaan nomor 3). Beliau tidak pernah melanggar peraturan ataupun perjanjian yang telah menjadi kesepakatan. Baliau tidak pernah menyalahi apa yang telah dikatakannya. dan apa yang dilakukan oleh beliau. (pertanyaan nomor 8 dan 12).
Dengan demikian jika SQ Nabi Muhammad Saw hanya akan diukur dengan model pengukuran yang dibuat oleh Khalil Khavari, dapat dipastikan bahwa skor Nabi Muhammad adalah 100.[8]
Ketika kita  membicarakan Akhlak ibarat kita mengarungi lautan bahkan membicrakan jagat raya ini, yamg tidak ada batasannya. karena akhlak beliau adalah al-Quran.

E.     Metode dan Penerapannya
Diantara metode Nabi Muhammad Saw yang telah menghantarkan kesuksesan besar adalah
1.    Al-Qudwah (keteladanan)
Keluhuran kepribadian yang dalam segala aspek kehidupanya yang disaksikan dan dirasakan langsungoleh para peserta didik nya telah telah memberikan bekas yang mendalam didalam kepribadian mereka. rasa simpati dan cinta (human sympathy and human love)  yang telah menjadi music didalam jiwanya, mendapatkan respon yang dalam dari para pengikutnya.[9]
Sehingga Dahlan dan Salam (2006) mengemukakan bahwa metode keteladanan merupakan metode yang paling baik dan paling kuat pengaruh dalam pendidikan. Sebab melalui metode yang ada orang akan melakukan proses identifikasi, meniru, dan memeragakannya.[10]
Misalnya anak didik akan selalu melihat dan meniru perilaku mereka (orang tua atau guru), jika dia melihat merekan berdusta, maka tidak mungkin dia akan belajar kebenaran.
2.    Al-Mau’idah (nasehat)
Setiap diri manusia potensial untuk terpengaruh oleh kata-kata yang di dengarnya, sekalipun butuh pengulangan agar teserap dalam jiwa. Akhlak nabi adalah al-Quran, maka nabi memerikan nasehat kepada para muridnya yang ada dalam al-Quran sehingga menyerap ke dalan jiwa mereka.
Dahlan dan Salam mengemukakan bahwa nasehat termasuk metode pendidikanyang memiliki pengaruh yang baik dan efektif bagi prilaku anak. Anak biasanya senang mendengar nasehat terutama orang-orang yang mereka cintai. Oleh karena itu, seyogyanya menggunakan bahasa yang halus dan mudah di mengerti, di seleingi dengan humor dan tidak dilakuka dengan terus menerus agar sia anak tidak bosan.[11] 
3.    Pengamatan dan Pengawasan
Orag tua ataupun Guru , hendaknya berusaha mampu mengamati dan  mengawasi prilaku anak secara kesinambungan. Jika melakukan kabaikan maka berikanlah penghargaan dan dorongan agar lebih baik lagi, apabila melihat keburukan maka segera cegah dan jelaskan akibatnya.
4.    Hukuman dan Ganjaran
Kecerdasan, keterampilan dan ketangkasan berbeda-beda, sehingga dalam temperamen berbeda-beda. Apabila anak melakukan suatu keburukan maka anak diberikan hukuman, dan apabila anak melakukan kebaikan, maka anak diberikan ganjaran baik itu berupa lisan maupun dalam bentuk material.


Daftar Pustaka

Siswanto Wahyudi. 2010. Membentuk Kecerdasan Spiritual Anak. Jakarta: Amzah.
Agustian Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual: The ESQ Way. Jakarta:Arga Wijaya Persada.
Nggermanto Agus. 2002Quantum Quatient, Kecerdasan Quantum. Bandung: Nuansa.
Al-Jauharie Imam Khanafie. 2010. Filsafat Islam Pendekatan Tematik. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press..
Hasan Abdul Wahid. 2006. SQ Nabi. Jogjakarta: IRCisoD
An-Nawawi Muhammad Hasan. 2011.  Fidul ar-Rahnman,(Cirebon: Kamalul Mutaba’ah.
Komaruddin Ahmad. 2011. Moral, Sumber Pendidikan. Bogor: Ghalia Indonesia.


[1] Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual: The ESQ Way, (Jakarta:Arga Wijaya Persada, 2001), hlm. 57.
[2] Agus Nggermanto, Quantum Quatient, Kecerdasan Quantum, (Bandung: Nuansa, 2002), hlm. 117.
[3] Imam Khanafie Al-Jauharie, Filsafat Islam Pendekatan Tematik,(Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2010), hlm.38.
[4] Ibid, hlm. 39.
[5] Abdul Wahid Hasan, SQ Nabi, (Jogjakarta: IRCisoD, 2006), hlm. 82.
[6] Ibid, hlm. 138.
[7] Muhammad Hasan an-Nawawi, Fidul ar-Rahnman,(Cirebon: Kamalul Mutaba’ah,2011 ), Juz. I, hlm. 18.
[8] Abdul Wahid Hasan, Op. Cit, hlm. 141-142.
[9] Ibid, hlm. 184.
[10] Ahmad Komaruddin, Moral, Sumber Pendidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 68.
[11] Ibid, hlm. 69-70.